Tuesday 20 March 2012

Ungkapan Kasih Sayang Pada Anak

Pemberian kasih sayang amatlah penting bagi perkembangan anak. Rasa kasih sayang yang dicurahkan oleh orang-orang di sekeliling anak merupakan dasar pembentukan watak si anak kelak. Ungkapan kasih sayang secara verbal bukanlah hal yang boleh diremehkan. 

Namun bukan hal yang mustahil bila orang tua tidak terbiasa mengungkapkan rasa kasih sayangnya. Rasulullah SAW sebagai qudwah kita yang utama amat lembut terhadap anak-anak. Adalah Rasulullah SAW adalah  manusia yang paling sayang terhadap anak-anak dan keluarga. (HR.Ibnu Asakir)


Ungkapan verbal

Bisa saja seorang anak tidak menyadari limpahan kasih sayang kedua orangtuanya karena hal ini tidak pernah dikatakan secara terus terang. Sebagai contoh bisa kita simak kasus berikut ini:

Seorang anak yang sembrono menyebrangi jalan raya bersama ibunya. Karena khawatir si Ibu berusaha menggandeng anaknya, namun demikian si anak terus meronta dan ingin cepat-cepat sampai di seberang jalan. Kemudian terjadilah apa yang dikhawatirkan si Ibu. Sebuah mobil dari arah kanan datang dengan tiba-tiba hampir saja menabrak si anak. Tentu saja perasaan yang paling dominan pada si Ibu adalah perasaan bersyukur dan bahagia melihat anaknya tidak cedera sedikitpun. 

Namun demikian bukanlah ungkapan bahagia yang terlontar, sebaliknya si Ibu memarahi anaknya. Kemarahan Ibu dapat membekas dalam di hati anak apalagi bila disangkutkan dengan momen yang mengejutkan seperti itu. Tidak mustahil bila si anak akhirnya mempunyai image yang buruk terhadap sang ibu, “Oh, Ibuku ternyata galak ya !”, padahal si Ibu sayang terhadap anaknya.
Bukankah lebih baik bila si Ibu mengatakan, “Nak… Ibu sangat bahagia ternyata engkau tidak cedera sedikitpun, makanya Ibu dari tadi mengkhawatirkanmu, tapi kamu tidak mau Ibu gandeng.” Dengan ungkapan seperti ini si anak akan sadar betapa ibunya sayang terhadapnya. Dengan demikian jalinan kasih sayang anak dan Ibu semakin erat dan si anak akan segera menyadari kesalahannya.

Rasulullah SAW mencontohkan kita untuk mengungkapkan rasa kasih sayang secara terus terang.
Suatu ketika Abdullah bin Sarjas ra. berkata kepada Rasulullah:
“Aku mencintai Abu Dzar”.
“Apa sudah kau kabarkan kepadanya ?”, tanya Rasulullah.
“Belum”.
Lalu Rasulullah memerintahkan agar ia memberitahukan kecintaannya itu kepada Abu Dzar.
“Wahai Abu Dzar, aku mencintaimu karena Allah,” ucap Abdullah.
“Semoga Allah mencintaimu, yang engkau cintai aku karenanya,” balas Abu Dzar.
Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah akan memberi pahala bagi siapa yang mengatakan perkataan itu.”

Mencium anak
Ciuman sebagai ungkapan kasih sayang merupakan sunah Rasulullah Saw. Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari ‘Aisyah ra.”Telah datang beberapa orang dari dusun kepada Rasulullah SAW., mereka berkata: ” Apakah kalian menciumi anak-anak kecil kalian?” Rasul menjawab: „Ya.” Mereka berkata lagi: “Namun kami, demi Allah tidak pernah mencium.” Rasul menjawab: “Apa daya diriku, jika Allah mencabut rasa kasih sayang dari hati kalian.”

Dari Abu Hurairah ra. berkata: “Nabi SAW. mencium al-Hasan bin Ali. Maka berkata al-’Aqra’ bin Habis: “Sesungguhnya aku memiliki sepuluh anak, tak seorang pun di antara mereka yang aku cium”. Maka Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang tidak mengasihsayangi, ia tidak akan dikasihsayangi.” ( HR. Bukhari dan Muslim).

Hadis-hadis di atas dengan jelas mengajarkan kepada kita bahwa ciuman memiliki peranan penting dalam membangkitkan perasaan dan emosi anak, bahkan selain itu mampu meredakan perasaan amarahnya, dan menambah eratnya hubungan dan cinta dengan orang tuanya. Bagi anak, hal ini adalah suatu bukti rasa kasih sayang kedua orang tuanya. Seorang ibu atau bapak yang mencium anaknya membuktikan adanya perhatian terhadap anaknya. Janganlah segan-segan mengantarkan anak kita dengan ciuman manis di kening sebelum tidurnya. Hal ini akan menentramkannya ketika akan tidur.

Bercanda dan bermain dengan anak-anak kecil

Dari Jabir ra. berkata:”Pernah kami bersama Rasulullah saw. kemudian kami diundang makan bersama. Tiba-tiba kami melihat Husain bermain di jalan bersama anak-anak kecil lain. Bersegeralah Nabi berada di depan sahabat-sahabatnya, kemudian beliau membentangkan tangannya, maka ia lari ke sana-kemari sehingga Rasulullah membuatnya tertawa, kemudian membawanya. Kemudian Rasul meletakkan salah satu tangannya di dagunya dan yang laindiletakkan di antara kepala dan kedua telinganya, dan Rasulullah pun merangkul dan menciumnya seraya bersabda: “Hasan dariku dan aku darinya, Allah akan mencintai orang yang dicintai oleh Hasan dan Husain, dua cucu dari cucunya. (HR. Bukhari dan Tirmidzi serta Hakim).

Meluangkan waktu bermain dan bercanda dengan anak adalah satu hal yang amat penting. Dengan demikian jalinan keakraban antara anak dan orang tua akan terjalin erat.

Suatu hal yang amat disayangkan apabila kita membiarkan anak kita bermain dengan teman-teman sebayanya tapi ternyata kita tidak dapat meluangkan waktu untuk bermain bersamanya. Maka jadilah si anak akrab dengan teman-teman lingkungannya. Padahal belum tentu lingkungannya itu islami.

Bagaimana kita dapat menanamkan nilai-nilai islami apabila kita tidak dapat akrab dengan anak-anak kita sendiri. Tugas bermain dan bercanda dengan anak bukan saja terletak pada pundak ibu, bahkan seorang ayah pun patut meluangkan waktunya untuk bermain dengan anak-anak.

Umar bin Khattab pernah berkata: “Seharusnya seorang ayah di tengah-tengah keluarganya berlaku kekanak-kanakkan, namun kalau dilihat dirinya sesungguhnya , maka ia adalah laki-laki yang ksatria. Demikianlah Akhlaq mulia Rasulullah saw. terhadap anak-anak yang patut kita contoh. Anak-anak adalah harapan kita, pertumbuhan dan perkembangan jiwa anak amat tergantung pada rasa kasih sayang yang dicurahkan oleh orang-orang di sekelilingnya. 

Dalam hal ini yang paling berperan penting adalah kita sebagai orangtuanya, tempat kembali bagi anak untuk merasakan dekapan hangatnya rasa kasih sayang.
Disadur dari: Ishlah no.13Th II,1994/1415

No comments:

Post a Comment