Tuesday 20 March 2012

Mengapa Anak-anak Senang Dibacakan Buku Berulang-ulang ?

Memenuhi keinginan anak untuk mengulang dibacakan buku cerita yang sama menjadi kewajiban orangtua. Bahkan, menuruti saran ahli, sebelum menginjak usia dua tahun, pengulangan bacaan beberapa buku saja lebih baik daripada koleksi bacaan yang banyak tetapi jarang dibacakan. Jadi, tahanlah rasa bosan Anda jika anak minta dibacakan buku yang sama berulang-ulang!
Saat  membereskan barang-barang lama, saya menemukan buku cerita anak-anak saya saat masih kecil dulu. Satu buku yang segera menarik perhatian saya adalah buku berjudul Wola. Buku itu membuat saya menghentikan aksi beres-beres saya sejenak. Sambil tersenyum-senyum, saya membaca ulang Wola.Wola adalah nama anjing milik Pak Kalabani, seorang pemilik toko kelontong. Anjing berbadan besar ini sesungguhnya anjing penakut. Ia takut terhadap anjing-anjing lain, laba-laba, tikus, dan bahkan sapu Bu Kalabani. Namun suatu saat, Wola menjadi pahlawan karena berhasil menangkap pencuri yang masuk ke toko Pak Kalabani.
Saat anak-anak saya masih kecil, Wola amat populer di keluarga kami. Penyebabnya, Wola adalah buku yang amat sering diminta mereka untuk dibacakan. Saking seringnya Wola dibacakan, buku ini koyak. Syukur, saya mempunyai cadangan dua Wola lainnya, hasil berburu di pasar buku loak. Sampai sekarang, satu buku Wola masih tersimpan dalam keadaan bagus.
Ada masa sekitar tiga-empat tahun anak-anak nge-fans dengan Wola. Mula-mula, penggemar Wola adalah si sulung. Lalu kegemaran sang kakak menular ke adiknya. Ketika itu, setiap kali mereka meminta dibacakan Wola, saya menghela napas. Bosaaaaannnn….
Saya ingat, saya sering membujuk mereka untuk memilih buku cerita lain, tetapi biasanya, jika sedari awal sudah memilih Wola, mereka tak mau beralih ke buku lain. Maka,  terpaksalah saya membacakan Wola dengan segala daya-upaya, berusaha membaca dengan rasa antusias seolah-olah baru kali pertama itu saya membacakan cerita tersebut!
Saya rasa, banyak orangtua lain punya pengalaman yang sama dengan saya. Anak punya buku cerita favorit yang minta dibacakan ratusan kali, tak peduli betapa bosannya ayah atau ibu membacakan buku itu. Bahkan mungkin, saking seringnya dibaca, orangtua hafal kalimat per kalimat dalam buku itu! Dan selama membaca buku yang sudah puluhan atau lebih dari seratus kali dibaca itu, orangtua harus menahan rasa bosannya entah bagaimana caranya!
Dulu, saat anak-anak meminta dibacakan buku yang “itu lagi-itu lagi”, saya sempat merasa bahwa tindakan membaca buku yang diulang-ulang itu mubazir, sementara ada puluhan buku lainnya yang belum dibaca. Namun setelah belasan kali membacakan buku favorit mereka, saya segera menyadari, ada sesuatu yang selalu dipelajari anak-anak saat saya membacakan buku yang telah berulang-ulang mereka dengar itu.

Manfaat Membaca Buku Berulang-ulang

Ternyata, selalu ada yang baru yang mereka komentari, mereka tunjuk, atau mereka tanyakan setiap kali saya membaca Wola! Jadi, dari buku yang sama, setiap kali, anak-anak dapat belajar sesuatu.
Menurut para ahli, membacakan buku yang diulang-ulang adalah kebutuhan bagi anak untuk bisa belajar. Kondisi ini sama seperti kita yang pernah menonton satu film lebih dari sekali dan menyadari berapa banyak detail yang lolos dari pengamatan kita saat menontonnya di kali pertama. Begitulah yang terjadi pada anak-anak dengan buku.
Menurut Jim Trelease, ahli yang menganjurkan anak-anak untuk dibacakan cerita sejak dini, anak-anak terbantu untuk mengurangi kasalahpahaman yang mungkin timbul dari cerita yang dibacakan dengan cara cerita itu dibacakan berulangkali. Kesalahpahaman ini mungkin terjadi karena anak mempelajari bahasa kompleks sesuai laju orang dewasa.
Dengan dibacakan buku yang sama berulang-ulang, menurut Trelease, anak-anak dapat diantar pada sebuah prestasi tersendiri.
Pertama, dia akan belajar bahasa dengan cara mendengarkannya secara berulang-ulang—istilahnya immersion (pendalaman). Mendengarkan cerita yang sama berulang kali adalah bagian dari proses pendalaman itu.
Kedua, dari cerita yang berulang itu bisa lahir banyak papan loncatan memasuki diskusi dengan anak. Dari satu cerita itu orangtua bisa membicarakan hal-hal lain dengan anak dengan mengaitkannya pada berbagai hal yang bermanfaat bagi pengalaman hidupnya. Tiap kali cerita dibacakan, pasti ada hal berbeda yang dijadikan papan loncatan. Hal ini bisa muncul dari gagasan orangtua untuk menekankan hal tertentu, atau bisa saja lahir dari komentar atau pertanyaan anak.
Mengingat kembali kasus anak-anak saya dengan Wola-nya, dua hal ini tecermin dari banyaknya hal baru yang muncul setiap kali Wola dibacakan. Suatu kali, anak-anak bisa berkomentar tentang Wola yang penakut, kali lain mereka bertanya tentang pencuri. Saat dibacakan lagi, mereka berkomentar tentang polisi yang menangkap pencuri (karena di buku cerita itu ada kisah polisi yang datang menangkap pencuri). Pada kesempatan lain, anak-anak mengungkapkan bahwa mereka juga punya boneka kesayangan seperti Wola (karena Wola memiliki boneka kesayangan dari kain perca) dan mereka juga ingin memelihara hewan.
Dari satu buku cerita yang tampak sederhana saja seperti Wola, anak-anak saya bisa belajar tentang hewan, tentang sifat penakut, tentang pencuri, tentang sifat pahlawan, tentang toko kelontong, tentang polisi, tentang kecintaan pada mainan, dan macam-macam lagi!
Saat berulang kali membaca buku yang sama, betapa pun bosannya saya, anak-anak saya bukan hanya makin lama masuk dalam proses pendalaman, tetapi juga makin memiliki kemampuan untuk mengaitkan cerita yang mereka pahami dengan diri mereka, pengalaman mereka, dan lingkungan mereka. Jadi, sungguh tak terkira apa yang mereka pelajari itu!

Tahan Rasa Bosan Anda

Memenuhi keinginan anak untuk mengulang dibacakan buku cerita yang sama menjadi kewajiban orangtua. Bahkan, menuruti saran ahli, sebelum menginjak usia dua tahun, pengulangan bacaan beberapa buku saja lebih baik daripada koleksi bacaan yang banyak tetapi jarang dibacakan. Jadi, tahanlah rasa bosan Anda jika anak minta dibacakan buku yang sama berulang-ulang! Biarkan mereka mengulang-ngulang buku cerita favorit mereka. Tak apa mereka membaca buku yang “itu lagi-itu lagi”.
Selain manfaatnya yang luar biasa bagi anak, jangan lupa bahwa dengan sering membacakan buku cerita favorit anak, para orangtua sesungguhnya sedang merenda kenangan yang indah bagi anak-anaknya. Dan kenangan itu akan selalu diingat anak sampai ia dewasa kelak.
oleh Nina Mutmainnah Armando
Sumber ummi-online.com

No comments:

Post a Comment